MAKALAH
PERMASALAHAN
USAHA AGRIBISNIS
“PERMASALAHAN
PAKAN TERNAK DI INDONESIA”

Oleh
:
Nisaul Fitri (062417898)
(26)
KEMENTERIAN PERTANIAN
BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN
SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN (STPP)
MAGELANG
2017/2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha
Esa atas berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan
Laporan Pembuatan Pakan ternak dan pengukuran hewan ternak.
Laporan ini disusun sebagai tugas dari mata
Perencanaan Usaha Agribisnis di Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan
Penyuluhan Peternakan Magelang. Terima kasih penulis sampaikan kepada :
1. Ir. Ali Rachman, M.Si. selaku ketua
STPP Magelang.
2. Dr. Bambang Sudarmanto, S.Pt, M.P.
selaku ketua jurusan penyuluhan peternakan.
3. Ir.Andang Andiani L.M,Si. selaku pembimbing
Mata Kuliah Permasalahan Usaha Agribisnis
4. Kawan – kawan praktikum Semester IIC.
5. Semua pihak yang telah membantu
dalam pembuatan laporan ini.
Penyusun menyadari penyusunan laporan ini masih ada
kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun penulis harapkan
demi perbaikan laporan pada kesempatan lain.
Magelang, 10 Mei 2018
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................................1
KATA PENGANTAR...........................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................3
BAB I. PENDAHULUAN....................................................................................................4
A. LatarBelakangMasalah.....................................................................................................4
B Rumusan
Masalah.................................................................................................................5
B. TujuanPenulisan....................................................................................................................5
BAB II. PEMBAHASAN......................................................................................................6
A.
Pengertian Pakan Ternak.....................................................................................................6
B.
Potensi Pakan Ternak………………..............................................................................7
C. Permasalahan Pakan Ternak………..............................................................................9
D.
Mengatasi Permasalahan Pakan Ternak…..........................................................................10
BAB III. PENUTUP..............................................................................................................15
A. Kesimpulan.........................................................................................................................15
BAB IV.DAFTAR
PUSTAKA............................................................................................16
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Pakan menjadi faktor utama usaha peternakan. Tersedianya pakan yang
cukup kualitas, kuantitas dan kontinuitas sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
usaha peternakan. Saat ini industri pakan di Indonesia sangat tergantung bahan
pakan impor, padahal Indonesia memiliki banyak sumber pakan yang sangat
berpotensi. Oleh karena itu, perlu adanya penelitian untuk mencari bahan pakan
alternatif yang ketersediaannya melipah, berkualitas dan kontinuitasnya
terjamin. Salah satu peluang bahan pakan alternatif yang bisa dimanfaatkan
secara optimal adalah pemanfaatan limbah industri pertanian.
Bahan pakan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan dan dapat dicerna
sebagian atau seluruhnya tanpa mengganggu kesehatan ternak yang memakannya.
Agar ternak peliharaan tumbuh sehat dan kuat, sangat diperlukan pemberian
pakan. Pakan memiliki peranan penting bagi ternak, baik untuk pertumbuhan
ternak muda maupun untuk mempertahankan hidup dan menghasilkan produk (susu,
anak, daging) serta tenaga bagi ternak dewasa. Fungsi lain dari pakan adalah
untuk memelihara daya tahan tubuh dan kesehatan. Agar ternak tumbuh sesuai
dengan yang diharapkan, jenis pakan yang diberikan pada ternak harus bermutu
baik dan dalam jumlah cukup.
Pakan ternak, salah satu hal paling penting bagi para usahawan dan
orang-orang yang bekerja di bidang peternakan. Pakan ternak sendiri merupakan
makanan khusus untuk hewan ternak peliharaan kita seperti, ayam, sapi, kambing,
ikan, dll. Bagi para usahawan ternak, pakan sangat berpengaruh terhadap
kelangsungan hewan ternak kita, dengan komposisi pakan yang tepat tentunya akan
membuat produksi peternakan kita jadi lebih baik dan maksimal hasilnya
B. RUMUSAN
MASALAH
1. Pengertian
pakan ternak
2. Potensi
pakan ternak di indonesia khususnya Jawa tengah
3. Permasalahan
pakan ternak di indonesia khususnya Jawa Tengah
4. Mengatasi
masalah pakan ternak di indonesia khususnya Jawa Tengah
C. TUJUAN
PENULISAN
1. Mengetahui
pengertian pakan ternak
2. Mengetahui
potensi pakan untuk ternak di indonesia khususnya Jawa Tengah
3. Mengetahui
permasalahan pakan ternak di indonesia khususnya jawa tengah
4. Mengetahui
cara mengatasi masalah pakan ternak di indonesia khususnya jawa tengah
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Pakan
Ternak
Pakan
adalah makanan/asupan yang diberikan kepada hewan ternak (peliharaan). Istilah
ini diadopsi dari bahasa Jawa. Pakan merupakan sumber energi dan materi bagi
pertumbuhan dan dan kehidupan makhluk hidup . Zat yang terpenting dalam pakan
adalah protein. Pakan berkualitas adalah pakan yang kandungan protein, lemak, karbohidrat,
mineral dan vitaminnya seimbang. Pada umumnya pengertian pakan (feed) digunakan
untuk hewan yang meliputi kuantitatif, kualitatif, kontinuitas serta
keseimbangan zat pakan yang terkandung di dalamnya.
Pakan
Ternak adalah semua bahan-bahan yang dapat diberikan secara langsung oleh ternak untuk dikonsumsi yang digunakan
untuk memenuhi kebutuhan hidup, pertumbuhan, dan reproduksi. Dalam pengertian
pakan, penggunaan kata pakan sering diasumsikan sebagai bahan baku pakan yang
telah diolah menjadi pellet, crumble, atau mash. Padahal bahan pakan sendiri
merupakan segala sesuatu yang dapat diberikan kepada ternak baik yang berupa
bahan organik maupun anorganik yang sebagian atau semuanya dapat dicerna tanpa
mengganggu kesehatan ternak.
Pakan
memiliki peranan yang sangat penting bagi ternak baik ternak ruminansia maupun
ternak unggas, baik untuk memenuhi kebutuhan hidup pokoknya, pertumbuhan,
reproduksi, produksi hingga untuk kepentingan kesehatan ternak. Karena ternak
jika diberikan pakan juga dapat menimbulkan penyakit yang dapat merugikan bagi
ternak dan peternak secara ekonomi. Pakan yang baik atau berkualitas adalah dapat memberikan seluruh kebutuhan
nutrisi secara tepat. Jumlah kebutuhan nutrisi ternak tergantung pada jenis
ternak, umur, fase pertumbuhan, reproduksi, kondisi tubuh (normal atau sakit),
bobot badan, serta kondisi lingkungan. Sehingga setiap ternak baik itu ternak
ruminansia dan unggas berbeda-beda kebutuhan pakannya.
Ø Jenis-Jenis
Pakan Ternak
Berdasarkan jenisnya pakan ternak terbagi atas 3
bagian yaitu :
1) Hijauan
2) Konsentrat
3) Suplemen
1). Hijauan
Hijauan Makan Ternak (HMT) merupakan pakan yang
berasal dari tanaman atau tumbuhan yang diberikan pada ternak terutama ternak
ruminansia dalam bentuk segar, baik dipotong dengan bantuan manusia atau
langsung disengut langsung oleh ternak dari padang penggembalaan. Hijauan segar
umumnya berupa dedaunan yang berasal dari rumput-rumputan dan tanaman berupa
biji-bijian atau kacang-kacangan.
2). Konsentrat
Pakan Konsentrat adalah bahan makanan yang konsentrasi
gizinya tinggi tetap kandungan serat kasarnya relativ rendah dan mudah dicerna.
Mudah dicerna karena terdiri dari beberapa campuran bahan pakan yang bersumber
dari biji-bijian atau kacang-kacangan, hasil olahan bahan pangan, limbah
pertanian, dan limbah industry yang
banyak mengandung protein, vitamin, dan mineral. Pakan konsentrat diberikan
dalam beberapa bentuk yaitu dalam bentuk tepung (mash), bentuk pellet, bentuk
crumble, dan bentuk kibble.
3). Pakan Suplemen
Pakan Suplemen adalah pakan yang diberikan pada
ternak yang banyak mengandung vitamin, mineral yang fungsinya untuk memperkaya
kandungan nutrisi ransum terutama mineral dan vitamin. Pemberian pakan suplemen
dalam bentuk premik.
2.
Potensi Pakan
Ternak
Potensi pakan di Indonesia tersebar luas dengan
jumlah dan variasi yang tidak terhitung baik pakan yang umum digunakan (
konvensional) maupun sumber-sumber bahan pakan yang belum digunakan tetapi
mempunyai potensi sebagai bahan pakan dan pakan yang belum umum digunakan
(nonkonvensional). Potensi pakan tiap daerah berbeda sesuai dengan kondisi
Endah Subekti Ketahanan Pakan Ternak sumber daya alam dan lingkungannya.
Dibanding dengan negara lain, Indonesia sangat kaya akan potensi sumber bahan
pakan tetapi sampai sejauh ini belum banyak penelitian-penelitian yang menggali
sumber bahan baku Indonesia sampai taraf standarisasi sehingga nilai yang
dihasilkan bisa diandalkan.
Pakan merupakan faktor utama dalam keberhasilan
usaha pengembangan ternak pada usaha peternakan disamping faktor bibit dan tatalaksana.
Pakan ternak yang berkualitas akan sangat mendukung peningkatan produksi maupun
reproduksi ternak (Anggorodi, 1985). Penyediaan pakan baik dari segi kualitas,
kuantitas maupun kontinuitas merupakan kendala dalam upaya peningkatan produktifitas
ternak. Adanya persaingan dalam penyediaan pakan dengan kebutuhan penyediaan
pangan merupakan masalah yang harus segera diatasi. Jumlah penduduk yang
semakin lama semakin meningkat menyebabkan terjadinya perubahan fungsi lahan
dari lahan pertanian menjadi lahan pemukiman. Djajanegara (1999) mengemukakan
bahwa penyediaan hijauan pakan memiliki kendala dengan terjadinya perubahan
fungsi lahan yang sebelumnya sebagai sumber hijauan pakan menjadi lahan
pemukiman, lahan untuk tanaman pangan dan tanaman industri. Dengan semakin
meningkatnya intensifikasi tanaman pangan akan mengakibatkan produksi limbah
pertanian dan limbah industri pertanian yang melimpah. Limbah ini dapat
dimanfaatkan untuk pakan ternak sebagai pakan selingan atau tambahan untuk mengatasi kekurangan rumput
atau pakan hijauan lainnya terutama di musim kemarau. Apabila dilihat dari
limbah pertanian ini sangat potensial digunakan sebagai pakan ternak.
Hal ini
disebabkan karena untuk ketersediaan bahan, terutama bahan kering di Magelang sekitar 108.091,35.
bahan
pakan 52,57%, Potensi pakan di Jawa Tengah berasal dari limbah pertanian,
sedangkan dari rumput lapangan 27,06% dan 20,37% dari rumput unggul.
Potensi pakan yang berasal dari limbah pertanian
tersebut (yaitu sebanyak 52,57%), 37,36% berasal dari jerami padi, 51,31%
berasal dari jerami jagung, 2,81% berasal dari daun ketela pohon, 0,69% berasal
dari daun ketela rambat, 3,14% berasal dari jerami kedelai, 2,35% berasal dari
daun kacang tanah, 2,32% berasal dari daun tebu dan 0,02% berasal dari daun-daunan.
Untuk Magelang sendiri tersedia
ketersediaan bahan pakan ternak denga jumlah 98,6 dengan 20,2 limbah pertanian,
19,7 lapangan rumput, 58,7 rumput unggul.
Menurut Soedardjat (2001), kebijakan pengembangan
peternakan yang dikembangkan di suatu daerah harus disesuaikan dengan potensi
pakan lokal yang ada di daerah tersebut. Dalam rangka memenuhi kebutuhan bahan
baku pakan lokal, baik kuantitas maupun kualitas sebenarnya telah banyak
dicobakan pemberian bahan baku pakan lokal dari limbah pertanian dan limbah
industri pertanian dengan sentuhan teknologi terapan ke ternak. Hal ini
disebabkan karena limbah pertanian seperti jerami padi, jagung dan pucuk tebu
umumnya mempunyai kualitas yang rendah (Sinurat, 2001). Menurut Sofjan (2001),
pakan lokal yang berasal dari limbah pertanian dan limbah industri pertanian
mempunyai kendala seperti kadar airnya tinggi, kandungan protein rendah, dan
adanya zat anti nutrisi selain itu juga keragaman variasinya (> 20%).
Sumbangan bahan pakan yang berasal dari limbah pertanian ini cukup besar maka
perlu dilakukan upaya pengolahan limbah pertanian baik secara fisik, kimiawi,
biologi atau kombinasi diantaranya. Pengolahan limbah ini
3. Permasalahan
Pakan Ternak
Beberapa permasalahan di bidang pakan yang sudah
diinventarisir dan menjadi perhatian utama pemerintah antara lain adalah :
1. Pakan
Ruminansia
Untuk pakan hijauan, persoalan klasik masih terus
terjadi, yaitu: (1) pakan hijauan yang melimpah pada musim hujan tidak
dimanfaatkan untuk memenuhi kekurangan/ kelangkaan pakan di musim kemarau; (2)
ternak ruminansia masih terkonsentrasi di pulau Jawa. Di Magelang populasi
ternak ruminansia besar dan kecil terdapat sekitar 79,9%, untuk ternak unggas
terdapat sekitar3,0% dengan lahan hijauan yang relatif terbatas . Untuk kambing sekitar 50% dan domba sekitar
90% yang luas lahannya kian sempit; dan (3) baru sebagian kecil peternak yang
mengadopsi teknologi pakan (penyimpanan, pengolahan ataupun pengawetan).
Untuk pakan konsentrat, industri pakan ruminansia
belum berkembang sebagaimana industri pakan unggas. DIREKTORAT PAKAN TERNAK
(2011) sebesar 10 juta ton, 89% adalah untuk pakan unggas. Produksi pakan
konsentrat (sapi potong dan sapi perah) masih kurang dari 1% dari seluruh
produksi pabrik pakan (skala besar). Untuk kambing dan domba tidak data. Sebagian besar konsentrat
untuk ternak ruminansia merupakan produksi dari pabrik pakan skala menengah
(Koperasi) dan skala kecil (kelompok). Produksi pakan yang beredar dan
diperdagangkan masih belum sesuai dengan standard mutu (PTM/SNI) dan belum
terregistrasi di Kementerian Pertanian. Oleh karena itu, belum ada sertifikasi
dan labelisasi.
Pengalaman dalam memfasilitasi kegiatan pabrik pakan
skala kecil, pada umumnya terbentur pada sulitnya mencari sumberdaya manusia
yang mempunyai kompetensi yang dibutuhkan. Seperti, manajemen pabrik pakan,
pengetahuan tentang cara pembuatan pakan yang baik dan yang mampu menyusun formulasi
pakan berbasis bahan pakan yang tersedia (lokal). Dilain pihak, peternak belum
banyak mengadopsi teknologi pakan dan menggunakan hijauan pakan (rumput dan
leguminosa) yang unggul/berkualitas.
2. Pakan Unggas
Industri pakan di Indonesia merupakan industri yang
cukup maju, dilakukan oleh perusahaan-perusahaan menengah dan besar yang
sebagian besar telah menerapkan prinsip-prinsip Good Manufacturing Practice
(GMP) serta telah dibuat berbagai peraturan pendukungnya. Karena biaya untuk
pakan menempati porsi terbesar dari total biaya produksi unggas maka para
produsen pakan dituntut untuk meningkatkan efisiensi sehingga dapat memproduksi
pakan yang baik kualitasnya namun dengan harga yang terjangkau. Dalam contoh
formulasi pakan unggas maka bahan baku utama seperti jagung umumnya digunakan
sekitar (50%), bungkil kedelai (18%), tepung ikan (5%), dedak/pollard (15%), minyak
(5%), premix (0,6%) dan bahan lain (2%). Pada saat ini tercatat 62 buah pabrik
pakan yang tersebar di 10 provinsi dengan kapasitas terpasang sekitar 14 juta
ton/tahun. Produksi riil tahun 2010 baru mencapai 9 juta ton/tahun (70 %).
Untuk produksi tersebut kebutuhan jagung sekitar 4,5 juta ton. Apabila produksi
pakan telah mencapai kapasitas terpasang maka jagung yang dibutuhkan adalah
sebesar 9,5 juta ton. Pakan unggas yang diproduksi tersebut sekitar 89% diserap
oleh peternakan unggas, sedangkan ternak babi 4%, aqua culture 6% dan ruminan
serta ternak lainnya 1% (Feed International, 2003). Permasalahnnya adalah bahan
pakan yang utama adalah jagung yang saat ini sebagian, 1,5 juta ton (30%) dari
kebutuhan masuh import. Sedangkan untuk bungkil kedelai, meat bone meal dan
poultry by product meal 100% masih mengandalkan pasokan dari luar negeri.
Dalam usaha peternakan khususnya untuk ternak unggas
terutama daerah Magelang adalah, masalah pakan yang sering dialami oleh
peternak adalah semakin mahalnya harga pakan untuk ternak unggas, hal ini tentu
saja sangat memberatkan peternak, karena sering kali naiknya harga pakan ini
tidak diimbangi dengan naiknya harga produk ternak tersebut, sehingga fenomena
tersebut sering membuat usaha peternakan rakyat gulung tikar. Mahalnya harga
pakan khususnya untuk ternak unggas ini dirasakan peternak terutama pada saat
nilai tukar uang rupiah melemah terhadap nilai mata uang dólar, hal ini
disebabkan oleh karena sebagian besar komponen penyususun pakan untuk ternak
unggas tersebut sebagian besar masih impor seperti jagung, tepung ikan, bungkil
kedelai, dan pollard.
4. Mengatasi Masalah Pakan Ternak
Dapat dilakukan dengan menetapkan strategi dan
kebijakan yang mengarah pada (1) penyediaan
pakan (feed security) dan (2) peningkatan mutu pakan (feed safety), yang
berbasis sumberdaya lokal, dengan tujuan akhir kemandirian pakan.
1. Strategi
Pengembangan Pakan Mendukung PSDSK 2014, dilakukan di wilayah-wilayah sentra
ternak, dengan kegiatan-kegiatan:
·
Meningkatkan ketersediaan sumber benih/bibit
hijauan pakan ternak (HPT). Dengan meningkatkan ketersediaan benih/bibit HPT
unggul dan berkualitas, diharapkan secara mudah dapat diakses oleh peternak
untuk menanam dan mengembangkan pakan hijauan sendiri di lahan-lahan yang
dimiliki.
·
Meningkatkan pemanfaatan lahan melalui
kegiatan integrasi ternak dan pemanfaatan lahan hutan. Perlunya ada lahan
khusus untuk peternakan adalah sangat mendesak saat ini. Namun hal ini tidak
berarti budidaya ternak berhenti karena tidak ada lahan khusus untuk peternakan
tersebut. Yang perlu dilakukan adalah bagaimana memanfaatan lahan-lahan yang
ada saat ini, baik lahan tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan lain-lain
·
Melakukan akselerasi pengembangan
pastura dan “cut and carry system”. Pola budidaya ternak, sangat terkait dengan
ketersediaan (daya dukung) sumberdaya alam dan budaya suatu masyarakat. Oleh
karena itu, budidaya sapi secara intensif (dikandangkan) dimana cara pemberian
pakannya secara “cut and carry”; ataupun pola budidaya ekstensif (dilepas) di
padang penggembalaan ataupun pangonan, baik secara perorangan maupun kolektif,
harus didorong untuk dapat memperoleh pakan yang berkualitas dan mudah.
·
Memanfaatkan teknologi dengan basis
bahan pakan lokal. Teknologi pada dasarnya dibuat untuk mempermudah kehidupan
kita. Sudah banyak teknologi pakan yang “tepat guna” dihasilkan, tetapi belum
diadopsi oleh peternak, seperti teknologi pengolahan, pengawetan dan
penyimpanan pakan.
2. Strategi Pengembangan Pakan Unggas . Berbeda
dengan pakan ruminansia, untuk pakan unggas strategi yang dilakukan adalah:
·
Melakukan koordinasi untuk peningkatan
produksi bahan pakan konvensional (jagung, dedak, tepung ikan). Hampir semua
bahan pakan untuk unggas urusannya berada di luar kewenangan Direktorat
Jenderal Peternakan dan Keswan Oleh karena itu, diperlukan koordinasi yang
intens dengan Direktorat Jenderal lain, khususnya Ditjen Tanaman Pangan untuk
memperoleh informasi tentang status dan situasi bahan pakan tersebut, seperti
jagung misalnya.
·
Mengoptimalkan pemanfaatan bahan pakan
lokal non-konvensional. Masih banyak bahan pakan lokal dan spesifik daerah
belum dimanfaatkan ataupun sangat sedikit digunakan untuk pakan, padahal
potensinya besar, seperti Bungkil Inti Sawit (BIS), bungkil kelapa, keongmas,
sagu, dan lain-lain.
·
Memberikan pelayanan impor-ekspor bahan
pakan. Seperti diketahui, sekitar 30% bahan pakan untuk pabrikan masih diimpor.
Oleh karena itu pemberian pelayanan yang cepat dan terkendali berupa Surat
Persetujuan Pemasukan (SPP) bahan pakan sangat vital. Keterlambatan pengeluaran
SPP akan mengganggu pasokan bahan pakan dan berakibat pada produksi pakan, yang
pada akhirnya akan berdampak terhadap ketersediaan pakan di pasar.
·
Memfasilitasi pengembangan pabrik/unit
pengolah pakan skala kecil (unggas lokal). Usaha-usaha unggas lokal (ayam, itik
dan puyuh) dalam skala kecil telah banyak tumbuh di masyarakat. Untuk
meningkatkan efisiensi usahanya, maka difasilitasi dengan unit pengolahan pakan
maupun pabrik pakan.
·
Penguatan bimbingan teknologi pakan
(unggas lokal). Mengingat usaha unggas lokal masih didominasi oleh peternak
dengan skala uhasa kecil, maka bimbingan terhadap pemanfaatan teknologi pakan
terus dilakukan oleh Pemerintah agar usahanya bisa meningkat dan lebih efisien.
3. Kebijakan
Penyediaan Pakan Ruminansia. Kebijakan penyediaan pakan ruminansia dilakukan
terhadap dua hal, yaitu :
·
Penyediaan pakan hijauan. Untuk
penyediaan pakan hijauan, kebijakannya meliputi penyediaan benih/bibit HPT,
unit usaha HPT, pemanfaatan lahan, dan kawasan gembala. Sedangkan untuk penyediaan
pakan konsentrat, kebijakannya meliputi unit pengolah/pabrik pakan dan unit
usaha bahan pakan. Penyediaan benih/bibit HPT melibatkan UPT Pusat, UPT Daerah,
kelompok ternak dan swasta. Dengan tersedianya sumber-sumber bibit/benih HPT,
diharapkan akan muncul unit usaha HPT. Kebijakan penyediaan HPT melalui
pemanfaatan lahan dilakukan dengan integrasi ternak ke dalam lahan sumber
penghasil HPT, seperti lahan tanaman pangan, perkebunan, hortikultura,
kehutanan dan lain-lain. Kebijakan penyediaan HPT melalui kawasan gembala
dilakukan dengan mengidentifikasi lahan yang tersedia, peningkatan kualitas
padang gembala, penyediaan air, dan optimalisasi pemanfaatannya.
·
Penyediaan pakan konsentrat. Untuk penyediaan pakan konsentrat,
kebijakannya yang meliputi unit pengolah/pabrik pakan, dilakukan dengan
memfasilitasi unit/alat pengolah pakan dan pabrik pakan skala kecil. Sedangkan
untuk unit usaha bahan pakan dimaksudkan agar dapat mensuport pabrik pakan
skala kecil dalam memperoleh bahan pakan yang siap digunakan oleh pabrik pakan.
Ø Program
penyediaan pakan ruminansia berbasis hijauan antara lain adalah:
·
Pengembangan sumber benih/bibit HPT (UPT
Pusat dan Daerah, kelompok dan swasta)
·
Pengembangan desa mandiri pakan (lumbung
pakan, kebun HPT, embung dan lain-lain)
·
Penguatan kawasan penggembalaan
(integrasi, padang peng-gembalaan, hutan dan lain-lain)
·
Pengembangan unit pengolah pakan dan
pabrik pakan skala kecil berbasis sumber daya lokal
·
Bimbingan teknologi dan manajemen pakan.
4. Kebijakan Penyediaan Pakan Unggas. Kebijakan
penyediaan pakan unggas, berdasarkan karakteristiknya, maka dibadi dua, yaitu
(1) penyediaan pakan unggas ras, dan (2) penyediaan pakan unggas lokal.
Penyediaan pakan unggas ras akan terkait dengan industri/pabrik pakan besar,
yang mana 80% sangat tergantung pada ketersediaan bahan pakan. Bahan pakan ini
terdiri dari asal tumbuhan dan asal hewan. Kedua jenis asal bahan pakan
tersebut urusan produksinya di luar kewenangan Ditjen. PKH. Oleh karena itu
kebijakan penyediaan pakan unggas ras ini dilakukan melalui cara (1) koordinasi
dengan pihak-pihak terkait, baik pihak Ditjen Tanaman Pangan, Asosiasi pabrik
pakan (GPMT) ataupun pihak pengguna (pabrik pakan). Koordinasi ini dimaksudkan
untuk memperoleh data dan informasi tentang ketersediaan, kapan, dimana dan
berapa harga bahan pakan tersebut; dan (2) pemberian surat persetujuan
pemasukan (SPP) bahan pakan (impor). Penyediaan pakan unggas lokal dilakukan
oleh pabrik pakan skala kecil dan menengah, dan sebagian lain mencampur
sendiri. Kebijakan yang dilakukan adalah melalui fasilitasi unit pengolah pakan
dan pabrik pakan skala kecil.
Ø Program
penyediaan pakan unggas antara lain adalah:
·
Peningkatan koordinasi dengan
pihak-pihak terkait.
·
Pengembangan unit pengolah bahan pakan
·
Pengembangan unit pengolah pakan dan
pabrik pakan skala kecil berbasis sumber daya lokal
·
Pelayanan perizinan pemasukan bahan
pakan
·
Bimbingan teknologi dan manajemen pakan.
5. Kebijakan Pengembangan Mutu Pakan. Kebijakan
pengembangan mutu pakan meliputi (1) pengembangan standar mutu pakan, (2)
peningkatan mutu pakan, dan (3) pengawasan mutu pakan. Saat ini telah
ditetapkan standar 56 bahan pakan dan 38 pakan. Beberapa jenis pakan lainnya
sedang dalam proses penetapan standarnya. Peningkatan mutu pakan dilakukan
dengan mendorong dan memfasilitasi penerapan teknologi pakan dan fasilitasi
unit usaha pengolahan pakan serta pabrik pakan skala kecil. Sedangkan
pengawasan mutu pakan dilakukan dengan sertifikasi mutu pakan oleh laboratorium
pakan yang telah terakreditasi, dan melalui labelisasi produk pakan yang
diedarkan untuk diperdagangkan.
6. Kebijakan Pengawasan Mutu Pakan. Pelaksanaan
pengawasan mutu pakan, dibuat kebijakan tersendiri karena hal ini sangat
terkait dengan kebijakan pengembangan mutu pakan dan jaminan terhadap mutu pakan.
Berkaitan dengan perbedaan sifat dari usaha unggas
ras dan buras, maka kebijakan pengawasan mutu pakan dibedakan, yaitu (1) untuk
pakan unggas ras, dilakukan penerapan yang ketat terhadap standar mutu; (2)
untuk unggas lokal, jika diproduksi oleh pabrik pakan skala besar maka
dilakukan kebijakan yang sama untuk pakan unggas ras; tetapi jika diproduksi
oleh pabrik pakan skala kecil, maka akan dilakukan peningkatan kapasitas
produksi dan kualitasnya agar dapat memenuhi standar; dan (3) untuk ternak ruminansia,
kebijakan yang dilakukan adalah melakukan penataan dan pendampingan. Sistem
pengawasan mutu pakan mencakup beberapa subsistem yang saling terkait, yaitu
standar mutu pakan dan bahan pakan, cara pembuatan pakan yang baik (GMP),
pengujian mutu pakan oleh laboratorium yang terakreditasi, pendaftaran pakan
dan labelisasi, pejabat fungsional pengawas mutu pakan serta
ketentuan-ketentuan yang mengatur tentang hal-hal diatas.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Potensi pakan di daerah Jawa Tengah, 52,57% berasal
dari limbah pertanian, sedangkan dari rumput lapangan 27,06% dan 20,37% dari
rumput unggul. Berdasarkan jumlah populasi ternak yang ada, daerah Jawa Tengah
masih terdapat kelebihan daya dukung pakan sebesar 1.898.200 AU. Daerah- daerah
yang mempunyai kelebihan daya dukung pakan diatas 100.000 AU adalah Kabupaten
Wonosobo, Boyolali, Gr obogan , Blora dan Kabupaten Semarang, sedangkan daerah
yang kekurangan daya dukung diatas 100.000 AU adalah Magelang, .
Banyak permasalahan pakan ternak di indonesia
khususnya Jawa Tengah terutama Magelang yang sampai sekarang menjadi kendala
seperti ketersediaan pakan, kualitas pakan , harga pakan dan pembuatan pakan alternatif yang masih
sedikit penggunaannya.
Untuk mengatasi permasalahan pakan ternak yang ada dapat
dilakukan dengan menetapkan strategi dan kebijakan yang mengarah pada (1) penyediaan pakan (feed security) dan (2)
peningkatan mutu pakan (feed safety), yang berbasis sumberdaya lokal dengan
strategi dan kebijakan yang tepat. diperlukan investigasi lebih mendalam
tentang kepastian potensi limbah organik spesifik lokasi yang dapat digunakan
untuk komponen pakan. Formulasi pakan perlu dilakukan menggunakan kombinasi
berbagai komponen sehingga di samping pemenuhan bahan kering, kebutuhan protein
tercerna, energi metabolis, vitamin, dan mineral juga dapat terpenuhi.
DAFTAR PUSTAKA
Komentar
Posting Komentar