BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pemberdayaan
masyarakat adalah suatu proses yang mengembangkan dan memperkuat kemampuan
masyarakat untuk terus terlibat dalam proses pembangunan yang berlangsung
secara dinamis sehingga masyarakat dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi
serta dapat mengambil keputusan secara bebas (independent) dan mandiri (Oakley,
1991; dan Fatterman, 1996). Manusia memiliki berbagai daya, yakni daya atau
kekuatan berfikir, bersikap, dan bertindak. Daya-daya itulah yang harus ditumbuhkembangkan
pada manusia dan kelompok manusia agar tingkat berdayanya optimal untuk
mengubah diri dan lingkungannya. Pemberdayaan masyarakat pada hakekatnya adalah
sama dengan pembangunan masyarakat.
Konsep
pemberdayaan masyarakat dalam pandangan UNICEF (1997) pendekatannya bertumpu
pada risiko di keluarga, kebutuhan dan hak-haknya dalam rangka menentukan
prioritas dan strategi pembangunan. tingkat kematian ibu yang tinggi,
kekeurangan gizi ibu dan anak, rendahnya tngkat pendidikan / kualitas
pendidikan yang rendah, penyakit HIV / AIDS dan psikotropika, serta anak-anak
yang memerlukan upaya perlindungan khusus merupakan lima masalah pokok yang
selalu bergantian.Hasil kajian UNICEF menunjukkan bahwa intervensi paling
strategis adalah pada kelompok remaja, kelompok yang menempati posisi terbesar
dari penduduk negara kita. Dalam pertimbangan sosial dan ekonomi, kelompok
remaja (10-19 tahun) merupakan kelompok yang akan memasuki pasar kerja,
sehingga potensinya untuk menjadi pekerja yang disiplin, terampil dan fleksibel
harus dimaksimalkan.
B.
Tujuan
Untuk
mengetahui permasalahan dan untuk membuat kegiatan atau program tertentu yang
dapat dijadikan sebagai solusi atas pemecahan permasalahan yang terjadi di
daerah tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Participatory Rural Appraisal (PRA)
Menurut Robert
Chamber : metode yang mendorong masyarakat pedesaan/pesisir untuk turut serta
meningkatkan pengetahuan dan menganalisa kondisi mereka sendiri, wilayahnya
sendiri yang berhubungan dengan hidup mereka sehari-hari agar dapat membuat
rencana dan tindakan yang harus dilakukan, dengan cara pendekatan berkumpul
bersama.
2. Tujuan Penerapan Metode PRA
Pada intinya PRA adalah sekelompok pendekatan atau metode yang memungkinkan
masyarakat desa untuk saling berbagi meningkatkan, dan menganalisis pengetahuan
mereka tentang kondisi dan kehidupan desa, serta membuat rencana dan tindakan
nyata (Chambers, 1996). Beberapa prinsip dasar yang harus dipenuhi dalam metode
PRA anatara lain adalah :
Ø
saling belajar dan berbagi
pengalaman,
Ø
keterlibatan semua anggota kelompok
dan informasi,
Ø
orang luar
sebagai fasilitator,
Ø
konsep
triangulasi,
Ø
serta
optimalisasi hasil,
Ø
orientasi
praktis dan keberlanjutan program (Rochdyanto, 2000:55).
Metode tersebut dipandang telah memiliki teknis-teknis
yang dijabarkan cukup operasional dengan konsep bahwa keterlibatan masyarakat
sangat diperlukan dalam seluruh kegiatan. Pendekatan PRA memang bercita-cita
menjadikan masyarakat menjadi peneliti, perencana, dan pelaksana pembangunan
dan bukan sekedar obyek pembangunan. Tekanan aspek penelitian bukan pada
validitas data yang diperoleh, namun pada nilai praktis untuk pengembangan program
itu sendiri. Penerapan pendekatan dan teknik PRA dapat memberi peluang yang
lebih besar dan lebih terarah untuk melibatkan masyarakat. Selain itu melalui
pendekatan PRA akan dapat dicapai kesesuaian dan ketepatgunaan program dengan
kebutuhan masyarakat sehingga keberlanjutan (sustainability) program dapat
terjamin.
3. Prinsip – prinsip PRA
a. Saling belajar dari kesalahan dan
berbagi pengalaman dengan masyarakat.
Prinsip dasar PRA bahwa PRA adalah
dari, oleh, dan untuk masyarakat. Ini berarti bahwa PRA dibangun dari pengakuan
serta kepercayaan masyarakat yang meliputi pengetahuan tradisional dan
kemampuan masyarakat untuk memecahkan persoalannya sendiri. Prinsip ini
merupakan pembalikan dari metode pembelajaran konvensional yang bersifat
mengajari masyarakat. Kenyataan membuktikan bahwa dalam perkembangannya
pengalaman dan pengetahuan tradisional masyarakat tidak sempat mengejar
perubahan yang terjadi, sementara itu pengetahuan modern yang diperkenalkan
orang luar tidak juga selalu memecahkan masalah. Oleh karenanya diperlukan
ajang dialog di antara ke duanya untuk melahirkan sesuatu program yang lebih
baik. PRA bukanlah suatu perangkat teknik tunggal yang telah selesai, sempurna,
dan pasti benar. Oleh karenanya metode ini selalu harus dikembangkan yang disesuaikan
dengan kebutuhan setempat. Kesalahan yang dianggap tidak wajar, bisa saja
menjadi wajar dalam proses pengembangan PRA. Bukannya kesempurnaan penerapan
yang ingin dicapai, namun penerapan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuan yang
ada dan mempelajari kekurangan yang terjadi agar berikutnya menjadi lebih baik.
Namun PRA bukan kegiatan coba-coba (trial and error) yang tanpa perhitungan
kritis untuk meminimalkan kesalahan.
b. Keterlibatan semua anggota kelompok,
menghargai perbedaan, dan informal.
Masyarakat
bukan kumpulan orang yang homogen, namun terdiri dari berbagai individu yang
mempunyai masalah dan kepentingan sendiri. Oleh karenanya keterlibatan semua
golongan masyarakat adalah sangat penting. Golongan yang paling diperhatikan
justru yang paling sedikit memiliki akses dalam kehidupan sosial komunitasnya
(miskin, perempuan, anak-anak, dll). Masyarakat heterogen memiliki pandangan
pribadi dan golongan yang berbeda. Oleh karenanya semangat untuk saling
menghargai perbedaan tersebut adalah penting artinya. Yang terpenting adalah
pengorganisasian massalah dan penyusunan prioritas masalah yang akan diputuskan
sendiri oleh masyarakat sebagai pemiliknya. Kegiatan PRA dilaksanakan dalam
suasana yang luwes, terbuka, tidak memaksa, dan informal. Situasi santai
tersebut akan mendorong tumbuhnya hubungan akrab, karena orang luar akan
berproses masuk sebagai anggota bukan sebagai tamu asing yang harus disambut
secara protokoler. Dengan demikian suasana kekeluargaan akan dapat mendorong
kegiatan PRA berjalan dengan baik.
c. Orang luar sebagai fasilitator dan
masyarakat sebagai pelaku.
Konsekuensi
dari prinsip pertama, peran orang luar hanya sebagai fasilitator, bukan sebagai
pelaku, guru, penyuluh, instruktur, dll. Perlu bersikap rendah hati untuk
belajar dari masyarakat dan menempatkannya sebagai nara sumber utama. Bahkan
dalam penerapannya, masyarakat dibiarkan mendominasi kegiatan. Secara ideal
sebaiknya penentuan dan penggunaan teknik dan materi hendaknya dikaji bersama,
dan seharusnya banyak ditentukan oleh masyarakat.
d. Konsep triangulasi
Untuk bisa
mendapatkan informasi yang kedalamannya dapat diandalkan, bisa digunakan konsep triangulasi yang merupakan
bentukpemeriksaan dan pemeriksaan ulang (check and recheck). Triangulasi
dilakukan melalui penganekaragaman keanggotaan tim (disiplin ilmu), sumber
informasi (latar belakang golongan masyarakat, tempat), dan variasi teknik.
1.
Penggunaan variasi dan kombinasi
berbagai teknik PRA, yaitu bersama masyarakat bisa diputuskan variasi dan
kombinasi teknik PRA yang paling tepat sesuai dengan proses belajar yang
diinginkan dan cakupan informasi yang dibutuhkan dalam pengembangan program
2.
Menggali berbagai jenis dan sumber
informasi, dengan mengusahakan kebenaran data dan informasi (terutama data
sekunder) harus dikaji ulang dan sumbernya dengan menggunakan teknik lain.
3.
Tim PRA yang multidisipliner, dengan
maksud sudut pandang yang berbeda dari anggota tim akan memberi gambaran yang
lebih menyeluruh terhadappenggalian informasi dan memberi pengamatan mendalam
dari berbagai sisi.
e. Optimalisasi hasil
Pelaksanaan
PRA memerlukan waktu, tenaga narasumber, pelaksana yang terampil, partisipasi
masyarakat yang semuanya terkait dengan dana. Untuk itu optimalisasi hasil
dengan pilihan yang menguntungkan mutlak harus dipertimbangkan. Oleh karenanya
kuantitas dan akurasi informasi sangat diperlukan agar jangan sampai kegiatan
yang berskala besar namun biaya yang tersedia tidak cukup.
f.
Berorientasi
praktis
Orientasi
PRA adalah pemecahan masalah dan pengembangan program. Dengan demikian dibutuhkan
penggalian informasi yang tepat dan benar agar perkiraan yang tepat akan lebih
baik daripada kesimpulan yang pasti tetapi salah, atau lebih baik mencapai
perkiraan yang hampir salah daripada kesimpulan yang hampir benar.
g. Keberlanjutan program
Masalah dan
kepentingan masyarakat selalu berkembang sesuai dengan perkembangan masyarakat
itu sendiri. Karenanya, pengenalan masyarakat bukan usaha yang sekali kemudian
selesai, namun merupakan usaha yang berlanjut. Bagaimanapun juga program yang
mereka kembangkan dapat dipenuhi dari prinsip dasar PRA yang digerakkan dari
potensi masyarakat.
h. Mengutamakan yang terabaikan
Prinsip ini
dimaksudkan agar masyarakat yang terabaikan dapat memperoleh kesempatan untuk
berperan dan mendapat manfaat dalam kegiatan program pembangunan. Keperpihakan
pada pihak atau golongan masyarakat yang terabaikan bukan berarti bahwa
golongan masyarakat lainnya (elite masyarakat) perlu mendapat giliran untuk
diabaikan atau tidak diikutsertakan. Keberpihakan ini lebih pada upaya untuk mencapai
keseimbangan perlakuan terhadap berbagai golongan dan lapisan yang ada di
masyarakat, dengan mengutamakan golongan paling miskin agar kehidupannya dapat
meningkat.
i.
Pemberdayaan
(Penguatan) masyarakat
Kemampuan
masyarakat ditingkatkan melalui proses pengkajian keadaan, pengambilan
keputusan, penentuan kebijakan, peilaian dan koreksi terhadap kegiatan yang
dilakukan. Dengan demikian masyarakat memiliki akses peluang dan kesempatan)
serta memiliki kemampuan memberikan keputusan dan memilih berbagai keadaan yang
terjadi. Dengan demikian mereka dapat mengurangi ketergantungan terhadap
bantuan ‘orang luar’
j.
Santai dan
informal
Penyelenggaraan
kegiatan PRA bersifat luwes, tidak memaksa, dan informal sehingga antara orang
luar dan masyarakat setempat terjalin hubungan yang akarab, orang luar akan
berproses masuk sebagai anggota masyarakat. Dengan demikian kedatangan orang
luar tidak perlu disambut atau dijamu secara adat oleh masyarakat dan tokohnya
maupun oleh pemerintah setempat. Orang luar yang masuk harus memperhatikan jadwal atau waktu kegiatan masyarakat,
sehingga penerapan PRA tidak mengganggu kegiatan rutin masyarakat.
k. Keterbukaan
PRA sebagai
metode dan perangkat teknik pendekatan kepada masyarakat masih belum sempurna,
dan belum selesai. Berbagai teknik penerapannya di dalam praktik masih terus
dikembangkan dan disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan masyarakat setempat.
Oleh karena itu berbagai pengalaman penerapan tersebut diharapkan dapat
memberikan sumbangan pemi kiran untuk memperbaiki konsep dan pemikiran serta
dalam merancang teknik-teknik baru sehingga sangat berguna dalam memperkaya
metode ini.
4. Teknik
– teknik PRA
a.
Tehnik Penelusuran Alur Sejarah
Lokasi/Desa
adalah tehnik PRA yang dipergunakan
untuk mengungkap kembali sejarah masyarakat disuatu lokasi tertentu berdasarkan
penuturan masyarakat sendiri.
b.
Tehnik Pembuatan Bagan Kecenderungan
dan Perubahan
adalah tehnik PRA yang dapat
menggambarkan perubahan-perubahan berbagai keadaan, kejadian serta kegiatan
masyarakat dari waktu ke waktu.
c.
Penyusunan Kalender Musim
adalah tehnik PRA yang memfasilitaso
pengkajian kegiatan –kegiatan dan keadaan-keadaab yang terjadi berulang dalam
satu kurun waktu tertentu (musim) dalam kehidupan masyarakat.
d.
Tehnik Pembuatan Peta
adalah tehnik PRA yang digunakan
untuk memfasilitasi diskusi mengenai keadaan wilayah desa tersebut beserta
lingkungannya
e.
Teknik Penelusuran Desa dan Lokasi
adalah tehnik PRA untuk melakukan
pengamatan langsung lingkungan dan sumber daya masyarakat, dengan cara berjalan
menelsurui wilayah desa mengikuti suatu lintasan tertentu yang disepakati.
f.
Pembuatan Seksa Kebun
tehnik PRA yang memfasilitasi
pengkajian berbagai aspek pengelolaan kebun diwilayah atau desa yang
bersangkutan.
g.
Pembuatan Bagan Hubungan Kelembagaan
tehnik PRA yang digunakan untuk
memfasilitasi kajian hubungan antara masyarakat dengan lembaga-lembaga yang
terdapat dlingkungannya.
h.
Kajian Mata Pencaharian
tehnik PRA yang digunakan
memfasilitasi diskusi mengenai bebagai aspek mata pencaharaian masyarakat.
i.
Wawancara Keluarga Petani
teknik PRA yang dipergunakan untuk
mengkaji sejumlah topik informasi mengenai aspek-aspek kehidupan kleluarga
petani, yang disusun didalam Pedoman Wawancara.
j.
Tehnik Pembuatan Bagan Arus Masukan
dan Keluaran
adalah tehnik PRA untuk mengkaji
sistem sistem yang ada di masyarakat.
k.
Tehnik Pembuatan Bagan Peringkat
adalah tehnik untuk mengkaji
sejumlah topik dengan memberi nilai pada masing-masing aspek kajian,
berdasarkan sejumlah kriteria perbandingan.
5.
Prinsip –
Prinsip PRA
1. Mengutamakan
Yang Terabaikan
2. Penguatan
Masyarakat
3. Masyarakat
sebagai pelaku, orang luar sebagai fasilitator
4. Saling Berlajar dan Menghargai Perbedaan
5. Santai dan
informal
6. Trianggulasi
7. Optimalisasi
Hasil
8. Orientasi praktis
9. Keberlanjutan
10. Belajar dari
kesalahan
11. Terbuka
6. Kelemahan dan Kelebihan
a. Kelebihan
ü
Melibatkan seluruh kelompok
masyarakat
ü
Keikutsertaan masyarakat miskin
ü
Rasa tanggung jawab masyarakat akan
keberlangsungan program lebih besar
ü
Melibatkan gender pada program
ü
Cocok diterapkan dimana saja
b. Kelemahan
ü
Tidak semua fasilitator program
memiliki kemampuan yang baik dalam memfasilitasi masyarakat
ü
Pendekatan PRA identik dengan rapat
– rapat, pertemuan – pertemuan dan musyawarah
ü
Sebagai fasilitator belum terampil
dalam memfasilitasi pengolahan dan analisis informasi .
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Kajian
Keadaan Pedesaan secara Partisipatif adalah salah satu tahap dalam meningkatkan
kemandirian masyarakat dalam meningkatkan taraf hidupnya. Proses pemandirian
atau Pemberdayaan Masyarakat terdiri dari beberapa tahapan yaitu, Kajian
Keadaan Pedesaan oleh Masyarakat, Pengembangan Kelompok, Perencanaan dan
Pelaksanaan Kegiatan dan Monitoring dan Evaluasi.
Pendekatan
yang dipakai untuk mengkaji keadaan pedesaan sacara partisipatif, adalah
'Participatory Rural Appraisal' atau 'PRA'. PRA ini adalah 'sekumpulan teknik
dan alat yang mendorong masyarakat Pedesaan untuk turut serta meningkatkan dan
menganalisa pengetahuannya mengenai hidup dan kondisi mereka sendiri, agar
mereka dapat membuat rencana dan tindakan'(Chambers). PRA mengutamakan masyarakat yang terabaikan
agar memperoleh kesempatan untuk memiliki peran dan mendapat manfaat dalam
kegiatan program pengembangan
Komentar
Posting Komentar